A. Teori Dorongan Fasilitasi Sosial (Drive Theory of Social Facilitation)
Teori ini merupakan teori yang dicanangkan oleh zajonc. Dimana secara ringkasnya, terdapat lima pokok pikiran yang disampaikan oleh zajonc mengenai teori dorongan fasilitasi sosial ini yaitu sebagai berikut:
- Sumber kebangkitan (arousal) dapat bersumber dari orang lain.
- Kebangkitan (arousal) juga dapat bertambah atau berkurang dikarenakan hadirnya orang lain.
- Arousal dapat menambah atau mempertinggi respon dominan dari seorang individu.
- Respon dominan yang tepat akan menimbulkan prestasi yang meningkat
- Namun sebaliknya, jika respon yang diberikan tidak tepat maka akan dapat menyebabkan prestasi yang menurun.
Dari teori tersebut dapat diketahui bahwa seseorang dapat memiliki gairah untuk berubah atau dalam konteks teori ini disebut sebagai kebangkitan (arousal), yang kemudian tampak dari respon yang muncul dari individu tersebut. Dan kehadiran orang lain dapat menjadi sumber arousal atau hanya sebagai faktor penambah/pengurang dari arousal tersebut.
Dalam konteks kegiatan fasilitasi yang akan dilakukan, diharapkan kegiatan fasilitasi dalam Roadshow jujur juara ini dapat memberikan gairah perubahan yang baik kepada anak-anak. Sehingga anak-anak akan dapat mengamalkan prinsip-prinsip kejujuran dalam kesehariannya. Dengan demikian diharapkan ke depannya anak-anak tersebut akan dapat menjadi kader-kader muda anti korupsi yang baik.
B. Distraction Conflict Theory
Robert baron mengungkapkan bahwa seorang individu dapat mengalami kebingungan yang dapat disebabkan oleh berbagai alasan. Hal ini kemudian dapat mengakibatkan meningkatnya gejolak atau gairah (arousal) sebagai bentuk respon untuk menghadapi konflik yang dimiliki tersebut. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam teori dorongan fasilitasi, respon yang baik akan menimbulkan peningkatan prestasi sedangkan respon yang buruk akan menurunkan prestasi.
Dalam program fasilitasi yang akan diberikan dalam Roadshow jujur juara ini, anak-anak akan diberikan bekal mengenai prinsip-prinsip kejujuran. Sehingga ketika terjadi kebingungan atau gejolak konflik dalam dirinya, anak-anak akan dapat menggunakan prinsip-prinsip kejujuran tersebut sebagai landasan dalam berpikirnya. Sehingga respon yang akan dihasilkan ketika menemui konflik kebingungan semacam itu pun adalah respon positif yang akan mengarahkan anak untuk selalu memilih jalan yang berasaskan prinsip-prinsip kejujuran.
Referensi: Baron, R. A., Byrne, D. (1997). Social Psychology. Boston : Allyn & Bacon
Related Articles
No user responded in this post
Leave A Reply